Mungkin kita mengira bahwa 'hingar bingar' kasus penistaan
agama ini hanya menyedot konsentrasi di tingkat lokal saja. Faktanya adalah
tidak. Justru sudah lama menjadi konsentrasi global. Perhatikan sedikit saja,
siapa yg lebih sibuk ke sana ke mari. Pontang panting menemui tokoh itu dan
ini. Bukanlah si tersangka, 'kan? Beliau yg sibuk itu karena memang ada tekanan
'entah dari siapa'.
'Invisible Power' yg selama ini bermain di ranah ekonomi dan
politik dalam negeri guncang (baca: cukup kelabakan). Banyak operasi 'tak
terlihat' mereka lakukan. Rapat-rapat strategis maraton digelar di
negara-negara dekat Indonesia. Betapa tidak, akibat kasus ini, beberapa project
mereka di bidang ekonomi dan politik Indonesia khususnya, terganggu.
'Moslem Power' yg ditunjukkan pada 2 kali aksi demonstrasi
membuat mereka terhenyak. Makanya rencana aksi untuk yg ke-3 kali ini mereka
bendung dan coba digagalkan sedemikian rupa. Ditambah lagi isu 'rush money' yg
kemudian mengerucut kepada pemindahan dana tabungan yg disimpan di bank-bank
swasta milik kaki tangan mereka (invisible power) ke bank milik pemerintah atau
bank syariah, membuat mereka 'kejang-kejang'. Kondisi ini menarik, karena baru
kali ini sejak tahun 1998, para 'invisible power' ini dibuat kelabakan.
Kerepotan mereka semakin menjadi jika masyarakat Muslim di
Indonesia, yg adalah pangsa pasar terbesar mereka di dunia, menciptakan
'gelombang tsunami' yg bertubi-tubi dengan berbelanja kebutuhan kesehariannya
HANYA di warung, toko, mini market, super market, grosir, supplier, agen dan
seterusnya yg dimiliki oleh pengusaha Muslim saja. Termasuk juga bidang lainnya
seperti jasa, transportasi, keuangan, perbankan, dll, jika secara masif
dilakukan pemindahan ketergantungan dari korporasi milik mereka dan kaki
tangannya ke korporasi milik umat Islam, akan mengakibatkan gempa 9 SR yg
membuat mereka 'gulung tikar'.
Saking kerepotannya, maaf, mereka (invisible power) harus
melakukan pengalihan konsentrasi umat Islam Indonesia dan juga dunia dengan
melakukan kejahatan kemanusiaan di Rohingya untuk yg ke sekian kali. Tidak ada
yg kebetulan. Kejadian kejahatan kemanusiaan ini adalah by designed.
This is it. Momentum 'penistaan agama' ini memang bagi
mereka bukan tentang BTP seorang diri saja. Dampaknya menggurita. Oleh sebab
itu, isu yg dikembangkan mereka adalah bahwa aksi umat Islam ini, baik aksi
demonstrasi maupun aksi lainnya 'ditunggangi' aktor politik (dan ekonomi). Isu
itu adalah memang dari efek yg mereka rasakan.
Raksasa peradaban yg lama tertidur ini mulai menggeliat.
Gerakan terbangunnya membuat kehebohan sedemikian rupa. Semoga saja ini memang
pertanda kebangkitan umat Islam bangsa Indonesia khususnya, dan dunia pda
umumnya.
Semangat persatuan umat Islam lintas organisasi, partai
politik, harakah/pergerakan, dan madzhab, yg sudah mulai terbentuk dengan
indahnya ini perlu dijaga. Ikatan yg kokoh yg mempersatukan 'lidi' yg tadinya
berserakan harus dipertahankan sedemikian rupa. Karena mereka akan berfokus
untuk mencerai beraikan lagi. Mereka kerahkan segenap kekuatan agar raksasa
peradaban ini tidur lagi, lunglai tak bertenaga kembali.
Kini saatnya kita giring para 'invisible power' dan kaki
tangannya menjadi kalap dan mengiringi pergerakan aksi kita ke tengah lautan.
Kita tenggelamkan dengan izin Allah mereka laksana Fir'aun dalam kehinaan.
Bangkit! Inilah saatnya kita merdeka atau mati!
#AMI
#SelamatkanIndonesia
#LintasanPikiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar